Apakah itu
menyimak itu?
Menyimak adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan saat kita menerima pesan dan melibatkan serangkaian proses mental. Saat menyimak kita tidak hanya menerima pesan itu secara indrawi melalui telinga tapi sekaligus melibatkan akitivitas persepsi, atensi, evaluasi interpretasi dan respon.
Bila ada yang melihat di TV sebagian anggota DPR kita terkantuk-kantuk di kursinya saat sidang atau mendengarkan pidato, ini hanyalah pesan singkat kepada pemirsa bahwa mereka tidak menyimak komunikasi yang sedang berlangsung di tempat tersebut.
Hampir semua pakar bisnis sepakat bahwa kegiatan mendengarkan, menyimak merupakan kegiatan komunikasi yang amat penting. Stephen Covey pun menyatakan itu sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan orang-orang yang efektif. Bahkan Tom Peters dengan tegas menyatakan kunci sukses bisnis adalah melalui mendengarkan/menyimak dengan cermat. Pakar manajemen yang lain, Betty Harragan menyatakan manajer yang baik selalu mendengar/memperhatikan pendapat pada bawahannya.
Dalam ilmu komunikasi, mendengarkan/menyimak merupakan salah satu dari 4 kecakapan/keterampilan berkomunikasi, selain berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berkomunikasi ini memainkan peran yang penting dalam mencapai sukses. Karena keterampilan mendengarkan/ menyimak bukan saja hanya membuat seseorang bisa memperhatikan apa yang dinyatakan oleh lawan komunikasinya tetapi juga mempengaruhi kemampuan kita berbicara secara persuasif. Ringkasnya, pendengar yang baik itu adalah juga pembicara yang baik.
Tapi dunia ini penuh oleh orang-orang yang tidak mau mendengarkan bukan? Biar saja, karena dunia juga adalah samudera informasi yang siap menenggelamkan kita pada kehampaan, bila salah memilih subjek-subjek untuk disimak. Simak hal-hal yang penting saja, itu juga salah satu syarat untuk jadi orang sukses.
Hanya bila kita memerlukan informasi tertentu dan gagal mendapatnyanya padahal ada di depan mata, artinya telah terjadi ketidakefektifan dalam proses mendengarkan/menyimak. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa sebab yang disebut sebagai rintangan komunikasi. Beberapa diantaranya:
Menyimak adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan saat kita menerima pesan dan melibatkan serangkaian proses mental. Saat menyimak kita tidak hanya menerima pesan itu secara indrawi melalui telinga tapi sekaligus melibatkan akitivitas persepsi, atensi, evaluasi interpretasi dan respon.
Bila ada yang melihat di TV sebagian anggota DPR kita terkantuk-kantuk di kursinya saat sidang atau mendengarkan pidato, ini hanyalah pesan singkat kepada pemirsa bahwa mereka tidak menyimak komunikasi yang sedang berlangsung di tempat tersebut.
Hampir semua pakar bisnis sepakat bahwa kegiatan mendengarkan, menyimak merupakan kegiatan komunikasi yang amat penting. Stephen Covey pun menyatakan itu sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan orang-orang yang efektif. Bahkan Tom Peters dengan tegas menyatakan kunci sukses bisnis adalah melalui mendengarkan/menyimak dengan cermat. Pakar manajemen yang lain, Betty Harragan menyatakan manajer yang baik selalu mendengar/memperhatikan pendapat pada bawahannya.
Dalam ilmu komunikasi, mendengarkan/menyimak merupakan salah satu dari 4 kecakapan/keterampilan berkomunikasi, selain berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berkomunikasi ini memainkan peran yang penting dalam mencapai sukses. Karena keterampilan mendengarkan/ menyimak bukan saja hanya membuat seseorang bisa memperhatikan apa yang dinyatakan oleh lawan komunikasinya tetapi juga mempengaruhi kemampuan kita berbicara secara persuasif. Ringkasnya, pendengar yang baik itu adalah juga pembicara yang baik.
Tapi dunia ini penuh oleh orang-orang yang tidak mau mendengarkan bukan? Biar saja, karena dunia juga adalah samudera informasi yang siap menenggelamkan kita pada kehampaan, bila salah memilih subjek-subjek untuk disimak. Simak hal-hal yang penting saja, itu juga salah satu syarat untuk jadi orang sukses.
Hanya bila kita memerlukan informasi tertentu dan gagal mendapatnyanya padahal ada di depan mata, artinya telah terjadi ketidakefektifan dalam proses mendengarkan/menyimak. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa sebab yang disebut sebagai rintangan komunikasi. Beberapa diantaranya:
rintangan
fisiologis, berupa gangguan pendengaran dan kecepatan berpikir ( IQ jongkok
maksudnya).
rintangan
lingkungan, berupa gangguan fisik atau terlalu banyak pesan dalam waktu
bersamaan
rintangan
perilaku , cuma tertarik pada diri sendiri yang disebut sebagai praokupasi dan
egosentris
asumsi
yang keliru atas beberapa pernyataan bahwa efektivitas komunikasi adalah tanggung
jawab komunikaitor, mendengarkan itu bersifat pasif, dan berbicara lebih mudah
ketimbang mendengarkan
rintangan
akibat perbedaan sosio-kultural yang terdiri atas perbedaan budaya dan
perbedaan gender,
yang terakhir, tentu saja karena
kurang latihan.
Apabila kita
membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai menyimak, maka akan
ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak terputus-putus, menyimak
dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial, menyimak kritis, menyimak
responsif dan sebagainya. Keanekaragaman nama menyimak ini disebabkan oleh
pengklasifikasian menyimak dengan titik pandang yang berbeda-beda pula.
Menurut pengamatan
penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang digunakan sebagai dasar
pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu adalah :
1. sumber suara
2. taraf aktivitas menyimak
3. taraf hasil simakan
4. keterbatasan penyimak dan kemampuan khusus
5. cara penyimakan bahan simakan
6. tujuan menyimak
7. tujuan spesifik
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak
yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal
listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal
dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib
diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis
menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara
yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti
inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi,
seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal
listening.
Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan
bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak
baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang
pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti
mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui
ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya.
Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam
aktivitas yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi
bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak
sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan
nama active listening.
Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah
sampai taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal
sembilan jenis penyimak. Yaitu :
1. Menyimak tanpa mereaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa suaraatau
teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk
ke telinga kiri keluar dari telinga kanan.
2. Menyimak terputus-putus : penyimak sebentar menyimak sebentar tidak
menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran penyimak
bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.
3. Menyimak terpusat : pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya
pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.
4. Menyimak pasif : menyimak pasif hampir sama dengan menyimak tanpa
mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.
5. Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan.
Bagian-bagian yang penting tidak disimak., mungkin karena sudah tahu,
menyetujui atau menerima.
6. Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu pesan, kemudian
menbandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang
relevan.
7. Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui organisasi
materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.
8. Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi
yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data atau
keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.
9. Menyimak kreatif & apresiatif : penyimak memberikan responsi mental
dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.
Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat
melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan
khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis
menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :
1. Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut
menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio
adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya
sambilan, sedikit atau kecil.
2. Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia
terpaku dan terpukau dalam menikmati drmatisasi cerita atau puis, dalam
menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Ecara
imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter
pelaku cerita yang dilisankan.
3. Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami
secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan
perkenalan.salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak
berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab
dan sejenisnya.
4. Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi
bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan
dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini
perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara
kritis apa yang mereka simak.
Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan
simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan keluasan
hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak :
1. Menyimak intensif. Penyimak memahami secara terinci, teliti dan mendalam
bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis, menyimak
konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratori, menyimak interogatif,
dan menyimak selektif.
2. menyimak ekstensif. Penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas,
umum, dalam garis besar, atau butir-butir penting tertentu. Menyimak ekstensif
meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetis, dan menyimak
pasif.
Tidyman dan Butterfield mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan
menyimak. Hasil pengklasifikasian mereka menghasilkan tujuh jenis menyimak :
1. Menyimak sederhana : menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan
teman atau bertelepon.
2. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan suara, perubahan
suara seperti membedakan suara burung, suara mobil, suara orang dalam senang,
marah, atau kecewa.
3. Menyimak santai : Menyimak untuk tujuan kesenangan misalnya pembacaan
puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak.
4. Menyimak informatif : Menyimak untuk mencari informasi seperti menyimak
pengumuman, jawaban pertanyaan, mendaftar ide dsb.
5. Menyimak literatur : Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti
penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil penemuan, merangkum,
membedakan butir-butir dalam pidato, mencari penjelasan butir tertentu.
6. Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya
dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk mengetahui
penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda, kejengkelan, kebingungan dan
sebagainya.
Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan
juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu
dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan
penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :
1. Menyimak untuk belajar : Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari
berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa menyimak ceramah guru
sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa mendengarkan
siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya.
2. Menyimak untuk menghibur : Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur
dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan, pertunjukan
sandiwara, film dan sebagainya.
3. Menyimak untuk menilai : Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan
kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan
pengetahuan menyimak.
4. Menyimak apresiatif : Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi
bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman,
menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain.
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan : Penyimak memahami,
merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara
pembicara dengan pendengar.
6. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan bunyi, suara. Dalam
belajar bahasa Inggris misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi [ i ] dan [
i: ].
Menyimak pemecahan masalah :
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang
disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat
informasi dari menyimak sesuatu
Dalam tulisan terdahulu
sudah disinggung bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Artinya, setiap insan tak akan terlepas dari kegiatan menyimak. Rakyat
jelata menyimak, para pedagang menyimak, mahasiswa dan pelajar sering harus
menyimak dosen atau gurunya, para ilmuwanpun harus menyimak dalam berbagai
kegiatan seperti pidato ilmiah, seminar, diskusi, dan sebagainya. Kegiatan
menyimak selalu terjadi dimana saja, kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja.
Berikut ini disajikan
beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.
(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab
antara wartawan olah raga dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi.
Inti pertanyaan berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia
terhadap Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia
mengikuti acara itu sampai selesai.
(2) Kelompencapir Mayangsari sedang mendengarkan
siaran pedesaan dari RRI Bandung. Mereka berdesak-desakan duduk di ruang tamu,
rumah Pak Hasan. Sebentar-sebentar suara mesin mobil menderu mengalahkan suara penyiar.
Udara di ruangan itu pengap dipenuhi asap rokok. Siaran yang berisi cara
memelihara domba itu tidak bisa mereka tangkap sepenuhnya.
(3) Anggota Koperasi Mahasiswa FPBS IKIP Bandung,
mendengarkan dengan cermat ceramah koperasi yang disampaikan oleh dekan.
Sebentar-sebentar mahasiwa itu bertanya ini-itu, kadang-kadang minta diulangi,
dijelaskan lagi butir-butir tertentu. Kegiatan itu berlangsung digedung baru.
Suasana akrab, meriah, kadang-kadang serius.
(4) Halimah, mahasiswa tingkat pertama, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Bandung, dengan tekun dan penuh
perhatian mengikuti kuliah menyimak. Materi yang direncanakan dosen mencakup
pengertian, peranan, dan jenis-jenis menyimak. Kuliah tersebut berlangsung di
ruang 19 pagi-pagi jam 7.00.
Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor
(1),(2),(3), dan (4) maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap
peristiwa menyimak. Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang
berbeda, ada yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak
selalu mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu,
peralatan, suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.
Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung
kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan
faktor-faktor itu menjadi empat
a. pembicara
7. pembicaraan
8. situasi
9. penyimak
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para
pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya,
dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Karena itu ada
sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:
(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai,
memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para
pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang
disampaikan tersebut.
(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus
menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas,
intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah
tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan
menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.
(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan
kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil
dengan mantap dan meyakinkan pendengar.
(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa
sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah
dimengerti.
(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil
dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari
tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu
“over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan
kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus
menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta
menguasai para pendengarnya.
Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh
seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi
syarat-syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru,
hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau
digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang
berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi
kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan
haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan
itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun
sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus
seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah
tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang
terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.
Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa
menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut
sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas
diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara
lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya
peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang
memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk
pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak
harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya
pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang,
jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana
yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam
peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya
dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.
Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang
tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan
peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan
memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu
peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan
situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan
keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang
pertama sudah memenuhi segala persyaratan,bila si penyimak tidak mau menyimak
maka sia-sialah semuanya.Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang
memadai, kurang sempurna,asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan
kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak
dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif
bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan
pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat
menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam
penyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas
sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau
mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.
(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan
nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang
bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam
bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan
nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi,
menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi
sebagai pelengkap makna pembicaraannya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak
juga harus memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah
menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.
Penyimak
yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil dalam setiap
peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut
jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. Penyimak seperti
golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam menyimak. Semoga bermanfaat.By Djoko Hartono
In Surabaya
1 Dec 2014
http: www/hartonodjoko.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar